Viva La Analogue!



Berawal dari film Pecker karya the Pope of Trash, John Waters, saya pun mulai tertarik untuk menggeluti kembali fotografi analog yang sebelumnya sempat dicicipi ketika masih kuliah dulu. Semuanya gara-gara Pecker (Edward Furlong), seorang remaja penggila fotografi yang gak pernah lepas dari Canonet kebanggaannya. Saking jatuh cintanya dengan penampilan kamera tersebut, saya langsung mencari tahu tentang jenis kamera itu dan langsung membelinya via online untuk dipakai ke Bandung keesokan harinya.

Dibutuhkan kurang lebih 5-6 rol, sampai akhirnya saya benar-benar tertarik untuk kembali menggeluti kamera analog. Dari Canonet QL17, saya lalu meluncur menuju Fujica M1, sampai akhirnya masuk ke dunia toy camera karena kepincut sama bayangan hitam di tiap sudut foto dan kualitas gambarnya yang kurang sempurna namun memikat, perfectly imperfect! 

Karena keterbatasan waktu, saya gak pernah lagi menggunakan toy camera untuk beraksi. Namun, masa-masa indah bersama kamera-kamera tersebut tetap saja sulit untuk dilupakan. Sensasi deg-degan menunggu hasil cuci film, atau bagaimana kagetnya kita ketika foto yang dijepret ternyata jauh lebih bagus dari yang dipikirkan memang jadi salah satu alasan kenapa analog itu tetap lebih menyenangkan daripada aplikasi digital manapun. Berikut adalah beberapa foto favorit selama masa-masa indah saya bersama analog, selamat menikmati!

 


No comments:

Post a Comment