Review: Shiki (2010)



2010 adalah tahun yang menyenangkan bagi penggemar anime, selain kemunculan serial - serial unik seperti Panty and Stocking with Garterbelt dan Tatami Galaxy, beberapa judul horor dengan kualitas yang cukup baik juga ikut bermunculan, seperti  Highschool of the Dead, Bakemonogatari, dan juga kumpulan film pendek, Aoi Bungako. Di pertengahan tahun 2010 kemarin, Studio Daume juga ikut merilis sebuah anime dengan nuansa horor yang cukup kental berjudul Shiki / Corpse Demon. Mengikuti tren pasar yang sedang booming akhir - akhir ini, Shiki mengambil topik tentang vampir. Namun, berbeda dengan vampir modern yang lebih lekat dengan kesan seksi dan romantis, serial ini lebih mirip dengan kisah vampir klasik, dimana vampir merupakan sosok undead yang menyeramkan.

Shiki menceritakan tentang kehidupan di sebuah desa terpencil bernama Sotoba. Kehidupan desa tersebut mulai berubah sejak kemunculan keluarga misterius yang mendiami Kanemasa, istana kuno yang sudah lama tak berpenghuni. Bersamaan dengan kedatangan mereka, perlahan - lahan satu persatu penduduk Sotoba mulai terserang penyakit aneh. Mereka yang terjangkit wabah misterius itu akan terlihat lemas dan pucat seperti tidak bertenaga, jika kondisi seperti itu berlanjut, dalam beberapa hari mereka akan meninggal. Toshio Ozaki, satu-satunya dokter di desa itu, menemukan sesuatu yang janggal dalam fisik para pasiennya, semua memiliki bekas luka seperti habis digigit serangga. Toshio, yang awalnya berpendapat bahwa Sotoba terkena wabah penyakit baru, mulai curiga karena penyakit para pasiennya ini bukanlah seperti penyakit biasa. Tak hanya Toshio, Natsuko Yuuki, remaja yang baru pindah dari kota besar itu juga merasakan hal yang tidak biasa dari wabah yang menyebar di  desa tersebut. Ketika korban dari penyakit aneh itu bertambah banyak, mereka pun mulai mencurigai kalau keluarga misterius itu juga punya andil besar dengan merebaknya kasus aneh tersebut. Apalagi, mereka hanya keluar dari Kanemasa pada waktu malam saja.


Kesan yang saya dapatkan ketika menonton serial ini adalah desain karakternya yang agak nyeleneh, bahkan untuk ukuran anime sekalipun. Rata-rata dari mereka memiliki gaya rambut yang berbentuk aneh, bahkan ada 2 karakternya yang memiliki gaya rambut yang sekilas mirip dengan telinga anjing. Sebuah pilihan desain yang aneh mengingat serial ini bukan serial komedi. Namun, setelah membiasakan diri dengan itu, saya mendapati Shiki merupakan serial anime yang  menarik dan diatas rata-rata. Vampir merupakan satu - satunya hal yang "tidak biasa" di serial ini, sisanya, para tokoh utama dari pihak manusia, digambarkan dengan karakteristik yang real dan tidak mengada-ngada. Tokoh utama Shiki adalah manusia-manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan superpower seperti para vampir tersebut.

Sulit rasanya untuk menceritakan Shiki tanpa harus membeberkan spoiler sama sekali. Sekilas, serial ini terdengar seperti kisah vampir yang biasa- biasa saja. Pendapat itu tidak sepenuhnya salah,  dengan jumlah 22 episode (ditambah bonus 2 episode spesial yang belum dirilis), alur cerita serial ini terasa amat pelan, terutama karena lebih dari 50% nya dihabiskan untuk membangun cerita menuju klimaksnya. Tapi, hebatnya, ini semua dilakukan tanpa membuat penontonnya bosan. Salah satu penyebabnya karena Shiki meluangkan waktunya untuk memperkenalkan karakter sebagian besar penduduk desa Sotoba, dan memberikan "nyawa" kepada mereka. Dengan begitu, penonton juga ikut merasakan kondisi mencekam yang dialami para penduduk desa tersebut. Inilah yang membuat Shiki istimewa, ketegangan dan horor yang dirasakan penonton bukanlah berasal dari desain karakternya atau musik latarnya, tapi karena penonton ikut terbawa masuk ke dalamnya. Aspek tersebut yang membuat Shiki masuk sebagai salah satu dari sedikit anime yang berhasil membuat bulu kuduk saya berdiri.

Seperti yang disebutkan diatas, serial ini menghabiskan sebagian besar episodenya untuk membangun ketegangan. Dan ketika sampai pada klimaksnya, ia tampil mengejutkan lewat twist-nya yang mengubah mood cerita menjadi 180 derajat. Ketika episode terakhir selesai, penonton diajak untuk merenungkan dan memandang keseluruhan cerita ini dari sudut pandang yang lain. Pada akhirnya Shiki bukanlah tentang pertempuran manusia melawan vampir, tapi soal perjuangan bertahan hidup dari kedua kelompok tersebut, dan inilah yang membuat serial ini berbeda dari kebanyakan film dan serial TV vampir yang ada. Terlepas dari desain karakternya, Shiki diluar dugaan saya, ternyata memiliki kedalaman cerita yang lebih jika dibandingkan dengan anime - anime sejenisnya. Lewat kelebihan-kelebihannya itu, tak salah rasanya kalau menyebut Shiki merupakan salah satu serial anime terbaik yang dirilis tahun 2010 kemarin.



No comments:

Post a Comment